Kamis, Desember 07, 2006

Rencana Kita VS Otoritas-NYA

Topik yang saya bahas kali ini agak ‘berat’ dan personal sekali. Tanpa niat menyinggung ataupun tendensi lainnya saya menceritakan hal ini. Pure ini pengalaman rohani saya. Lahir, jodoh, rizki dan mati adalah di tangan Tuhan. Tapi ada pertanyaan dalam diri saya, dimana campur tangan Tuhan saat teknologi semakin canggih sehingga kita bisa menentukan atau mungkin memilih kapan bayi kita lahir, jenis kelaminnya, atau bahkan susunan gennya.

Dulu saya berpikir bahwa kelahiran secara alami adalah kelahiran bayi ke dunia yang telah ditetapkan Tuhan kapan waktunya. Sedangkan untuk kelahiran bayi secara ‘sesar’ adalah kelahiran yang kita tetapkan sendiri waktunya. Sampai akhirnya, Saat saya hamil anak kedua, si cantik Shifa. Perkiraan melahirkan awalnya tanggal 10 November 2006. Wah, pas hari pahlawan kalo si baby nongol hari itu. Tapi pada pemeriksaan selanjutnya perkiraan jadi mundur tanggal 16 November. It’s OK. Yang penting bayi lahir dengan selamat, demikian juga Bundanya yang nota bene adalah saya :>.

Beberapa hari sebelum Idul Fitri, tanggal 19, saya memboyong anak saya ke Mojokerto. Rencananya, saya dan keluarga akan menetap disana sampai seminggu setelah Idul Fitri. Idul Fitri kemaren jatuh pada tanggal 24 Oktober 2006. Jumat, tanggal 20 adalah jadwal saya untuk kontrol ke dokter kandungan. Jadwal kontrol kali ini sudah mulai per minggu, karena mendekati hari ‘K’ (K=Kelahiran, :>). So, hari itu saya dan suami ke Sidoarjo untuk priksa.

Dan malam itu, saat di USG hasilnya diluar dugaan. Plasenta dalam kandungan membatu, sehingga malam itu harus segera di’keluar’kan. Wah, Tuhan sudah berkehendak akan kelahiran sang bayi ini, pikir saya. Karena memang masih sangat jauh dari tanggal yang diperkirakan untuk usia kehamilan pada umumnya.

Saya masih harus menjalani tes untuk menentukan proses kelahiran dengan cara induksi ataupun ‘sesar’. Tes itu memantau denyut jantung bayi setiap kali Bundanya kontraksi. Ternyata denyut jantung sang bayi drop setiap kali saya kontraksi. Jadi tidak mungkin untuk menginduksi. Karena dengan induksi, rahim berkontraksi lebih ‘dasyat’ dari kontraksi normal. Makanya diputuskan untuk sesar malam itu juga, sekitar jam 11 malam. Kali ini kita yang menentukan kapan bayi ini lahir, pikir saya sekali lagi. Keluarga segera kami kabari, mereka syok. Hehm, jangankan mereka, saya sendiri syok. Sama sekali gak ada persiapan. Karena kita pikir masih 3 minggu lagi si bayi nonggol. Memang sih saya sudah tanya sana-sini dan membandingkan antara sesar dan alami. Tapi tetap saja saya syok, saudara-saudara.

Alhasil jam 12an saya sudah di ‘cubles’ sana-sini untuk persiapan oprasi. Rencana sesar jam 11 jadi molor jam 12, karena ruang oprasi masih dipakai untuk oprasi pengangkatan kandungan. Jam dua belas itu pun molor lagi hingga jam 1 malam. Deg, rasanya saya seperti ditunjukkan jawaban dari pertanyaan saya selama ini. Disinilah campur tangan Tuhan. Sebenarnya bayi saya bisa saja lahir hari Jumat sekitar jam 11 malam. Karena kita memang merencanakan oprasi sesar pada jam tersebut. Tapi ternyata tidak, sang bayi lahir hari Sabtu jam 1.45 dini hari. Ya, apapun cara kelahiran manusia di dunia, pasti ada campur tangan Tuhan didalamnya. Kita hanya bisa merencanakan, tapi tetap otoritas tertinggi ada pada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar